Thursday, April 23, 2009

The Racial Prejudice : When you have to change your name

Ini salah satu pengalaman yang menarik menurutku selama hampir 2 thn belajar di Melbourne. Di sebuah kelas Human Rights, aku duduk bersebelahan dengan teman pria dari Cyprus. Namanya Jamal. Baru kali ini aku duduk persis di sebelahnya.

Dia mengangsurkan daftar hadir ke depanku. Setelah menandatangani lembar absensi, aku meletakkan daftar nama2 itu ke meja kosong di sisi kiriku. Sekilas kucek nama2 teman sekelas. Sulit buatku menghafal nama2 orang asing. Aku tidak tahu, yg mana yg Claire, yg mana yg namanya Jenny. Lalu, teman yg kerja di Victoria Police itu,namanya siapa ya?? Michael atau William??

Lalu aku mencari nama Jamal di lembar absensi. Namanya mudah diingat. Kucari nama berawalan 'J'. Hmm, tidak ada. Lalu kucari nama belakang berawalan 'J', walau rasanya ga mungkin karena kita biasa memperkenalkan diri dengan nama depan. Hmm, ga ada juga. Karena penasaran, aku menarik lembar itu dan menanyakan langsung pada Jamal. Kita ga pernah ngobrol sebelumnya, jadi ini untuk latihan ngomong juga..heheh..

"What is your name?"

"I am Jamal"

"Hm, I can't find your name here' (aku menunjuk daftar absen)

"This one is my name" (Jamal menunjuk sebuah nama berawalan 'C')

"Camal???" (Aku berkata ragu)

Lalu mengalirlah kisah itu. Jamal merubah huruf depan namanya karena alasan prasangka rasial. Dia tidak ingin namanya yg identik dengan nama muslim membuatnya mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang2 setempat. Namun, masalah baru muncul.Kadang2 orang bingung bagaimana mengucapkan nama 'Camal'. Mereka (Australian boys-Jamal said) akan mengolok-oloknya dengan panggilan "Camel".

Aku bersedih dan bersyukur pada saat yang sama. Aku tidak perlu merubah namaku. Aku tidak mengalami masalah 'mendapat perlakuan yang berbeda' karena identitasku. Banyak sekali mahasiswa/i dari Arab Saudi dan negara muslim lainnya yang menuntut ilmu di Melbourne. Orang2 Arab atau wanita2 berkerudung sangat terlihat jelas identitasnya sebagai muslim. Mereka tidak merubah nama mereka. Tapi aku tidak tahu, apakah mereka pernah mengalami pelecehan karena identitas muslim mereka.

Berita mengenai pelecehan karena soal rasial hanya aku baca dari milis. Berarti racial prejudice itu memang ada. Namun tidak pernah kulihat terjadi terang2an. Aku hanya berharap sisa waktuku di Melbourne berjalan baik2 saja. Sejauh yang aku alami, teman2 sekelasku baik2, dosen2ku juga baik2 dan peduli. Seringkali, bila aku berpapasan dengan orang asing di jalan,mereka menyapaku ramah sambil tersenyum,"good morning".

Melbourne adalah melting pot. Tempat pertemuan berbagai bangsa. Melbourne kota yg aman, namun siapa pun harus tetap waspada terhadap isu kebencian rasial yg bisa meledak kapan saja. Insya Allah aku akan menulis tentang multiculturalism di Melbourne. Have a nice day...

No comments:

Post a Comment