Saturday, September 4, 2010

ROMANTIKA S 604 (PART 3) : MENGHARAP TAMPILAN BARU S 604

Jakarta dan kemacetan jalannya seperti dua hal yang tak terpisahkan. Makin hari kemacetan makin parah. Mau tahu seberapa parahnya?

Keluar dari kantorku di Merdeka Barat no.17 (Monas)  jam setengah empat sore, langsung naik Metromini S 604 sekitar 10-15 menit kemudian. Tiba di stasiun Pasar Minggu tepat adzan Maghrib bergema. Diperlukan waktu 2,5 jam! untuk jarak yang tidak terlalu jauh. Pada pagi hari jarak yang sama aku tempuh selama 1,5 jam bila berangkat pukul 6 lebih 15 menit. Apabila berangkat pukul 6 tepat, waktu tempuh menjadi 'hanya' satu jam. Namun bila libur Lebaran tiba, jarak dari Stasiun Pasar Minggu - Merdeka Barat ternyata hanya perlu waktu 30 menit......!

Menemukan solusi untuk mengatasi kemacetan Jakarta yang semakin parah, menjadi harapan banyak orang. Sebagai pengguna setia S 604, aku sangat setuju dengan salah satu dari 17 poin yang ditawarkan Pemerintah untuk mengatasi kemacetan : Peremajaan Angkutan.....

Ada dua alasan penting menurutku:

1. Tidak Layak Lagi

Membaca komentar dari seorang penulis di sebuah situs berita membuatku tertawa terbahak. Begini katanya: "Naik metromini seperti masuk ke dalam kaleng karatan".....Analogi yang tepat menurutku. Seringkali aku merasa bukan manusia normal karena mau menumpang (tidak gratis) di kendaraan yang interiornya sudah berkarat. Kalau harus menilai jujur, kendaraan tersebut sudah tidak layak menerima penumpang. Baca di http://nawafil.multiply.com/journal/item/39

Alasan lainnya adalah:

Metromini 604 selalu 'tega' menurunkan semua penumpangnya (sebanyak apapun itu) untuk dioper ke Metromini 62 atau Kopaja 68 dengan memberi sepuluh ribu rupiah ke tangan kenek yang bersedia menerima operan.

Banyak kisah yang kurekam dalam ingatan mengenai 'kekurangajaran' sopir-sopir 604 yang seenaknya 'mengusir' seluruh penumpangnya untuk berbelok jalur ke arah sebaliknya guna mencari penumpang lain demi 'kejar setoran'.Kisah itu akan kutuliskan terpisah di bagian berikutnya,ya... :-)

Semoga rencana Pemerintah untuk meremajakan Metromini dan Kopaja sungguh-sungguh dilaksanakan. Karena penumpang adalah manusia yang harus dihargai sebagai manusia. Penumpang bukan benda mati yang tidak memiliki perasaan! Penumpang membayar untuk bisa diangkut dengan selamat tiba di tempat tujuan!