Saturday, December 11, 2010

ROMANTIKA S 604 (PART 4) : TURUNKAN PENUMPANG TANPA RASA BERSALAH

TURUNKAN PENUMPANG TANPA RASA BERSALAH

Para penumpang setia S 604 pasti sudah maklum tabiat bis ini setiap sore: mengoper penumpang semaunya tanpa alasan jelas. Tempat favorit transaksi operan adalah di halte Kalibata dan depan apartemen Nifarro (dahulu Goro). Seringkali juga penumpang diturunkan di depan Carrefour Pasar Minggu. Bahkan pernah di Patra Jasa, Gatot Subroto (sungguh terlalu!). Setelah itu, bis memutar arah kembali menuju Tanah Abang.

Mau tahu berapa rupiah yang didapat penerima operan? Minimal 10 ribu rupiah. Maksimalnya, aku tidak pernah tahu. Bis yang biasa jadi sasaran operan adalah S 62 yang melayani rute Manggarai-Ps Minggu. Atau Kopaja S68 jurusan Kp.Melayu-Ps.Minggu. Ketiganya beririsan di rute Pancoran-Poltangan.

Karena setiap sore harus bersiap dioper (berasa bola,deh), aku berdoa agar tidak saja selamat sampai di rumah, tapi juga berdoa agar Allah melembutkan hati si supir untuk mempertahankan penumpang hingga titik terakhir. Ada juga lho, supir yang tidak bersedia mengoper dan menerima operan penumpang. “Gak, jangan mau,”kata si supir memperingatkan keneknya. Tapi yang begitu hanya satu diantara puluhan supir :-)

Seberapa pasrahnya kita dioper2?

Pernah lho, dua kali seingatku, seluruh penumpang bertahan tidak mau pindah bis. Akhirnya supir menyerah, melanjutkan perjalanan dengan menekan gas kuat-kuat. Ketika ada penumpang hendak turun, dia tak peduli dan teruuus melaju hingga bis tiba depan stasiun Pasar Minggu. Wah, ngambeknya parah juga, tuh..

Selebihnya, penumpang memilih turun tergopoh2 daripada bersitegang dengan supir. Begitu turun, sebagian penumpang mengomel.

“kalo ga mau narik, ngomong dong dari tadi,”

“Kebiasaan,nih! Nurunin seenaknya!

“Mindahin jangan yang ke bis yang penuh dong, jadi desak2an,”

Dan inilah jawaban si supir menanggapi gerutuan penumpang.

“Kalo ga mau desak2an, naik taxi aja. Bayar Cuma dua ribu juga.”

Hiiaaaaat, minta di ketok nih orang. Sabar, sabar…Ga sadar apa kalo dari duit dua ribu itu dia hidup sehari-hari…

Dari ratusan kali aku naik bis ini, hanya dua kali penumpang berhasil bertindak. Selebihnya, penumpang menyerah dengan mudahnya, turun lalu menuju bis operan yang seringkali sudah penuh juga.

Ada satu kejadian lucu, lebih tepatnya mengharukan. Suatu kali di tengah gerimis, penumpang dipaksa turun ketika bis sedang berhenti karena tertahan lampu merah di bawah jembatan layang Pancoran. Seluruh penumpang tergopoh menuju bis operan beberapa meter di depan. Ternyata sang supir keberatan ditumpangi dan berseru pada keneknya,”Jangan mau! Nanti kita ga bisa narik sewa (=penumpang) lagi!” Sementara penumpang operan sudah berada dalam bisnya.

“Uda telanjur, masa disuru balik,” Jawab kenek.

“Bilang aja, ga bisa! Suruh penumpang balik!”

“Kasian,,,ujaan,” Balas kenek. Waaah, baik banget ya…Semoga urusannya dipermudah Allah. Amiin.

“Elu uda gue bilangin, ga percaya,sih. Jangan terima! Uda gue bilang jangan terima, eh elu nerima! Paling-paling kita dapet 10 ribu, tapi jadi ga bisa nerima sewa!”

Ya ampun, sepanjaaang jalan, supir mengulang2 kalimat itu! Padahal kita semua ada dalam bisnya…”Elu susah bener dikasih tahu, gue bilang jangan mau!” Bisa ngebayangin kan, supir ngomong gitu keras2 dari Pancoran sampe aku turun di Stasiun Pasar Minggu sekitar 45 menit kemudian.

Si kenek? Hanya diam, dengan wajah pasrahnya yang tersiram rintik hujan.

Ya Allah semoga rejekinya lancar….

Ternyata selalu saja ada orang yang memikirkan orang lain, ketika sebagian besar lainnya tak peduli.