Tuesday, March 24, 2009

Momen-momen Menyenangkan di Masa Kecil

Ice-breaking di kelas Social Work membuatku mengingat2 kenangan masa kecil yg menyenangkan. Diantaranya:

$ Ke toko buku setiap ada yg ultah

Yg sedang ultah dapat dua jatah buku, yg lain hanya satu buku. Yg menyenangkan adalah boleh memilih buku sendiri. Dulu langganan kita adalah ke TB.Gunung Agung. Kalo beli buku hingga kelipatan tertentu, dapat es krim gratis. Tempat es krim nya persis di dekat pintu keluar. Suatu kali, ada satu anak yg ga kebagian es krim, jadi bapak harus beli es krim lagi di tempat lain. Soalnya ga boleh beli di situ. heheh...

$ Beli coklat setiap pulang dari dokter

Ada seorang dokter umum yg praktek di lingkungan tempat tinggalku. Semua tetangga yg sakit, pasti ke dokter itu. Aku sudah lupa nama dokternya. Yg masih bisa kuingat, dokter itu kemudian digantikan dokter lain, namanya dokter Wayan. Setiap kali kita periksa ke dokter,kita pulang jalan kaki dan mampir ke warung Bang Doel. Yg dibeli ibu di situ cuma coklat berbentuk persegi panjang kecil2. Tapi rasanya seneeenng banget. Sayang, aku ga ingat nama coklatnya. Beli coklat di warung Bang Doel sepulang dari dokter, sudah seperti ritual tak tertulis. Praktek dokternya sudah lama sekali ga ada. Sudah jadi toko mebel. Tapi Warung Bang Doel msh ada, bersaing dgn belasan warung lainnya. Coklatnya sendiri aku ga tahu, apa masih diproduksi...heheh..

$ Beli es krim di warung Jamal (?) sepulang dari bepergian

Setiap hari minggu, kita sekeluarga pasti pergi jalan-jalan. Kalo ga ke kolam renang, ke TMII, Ancol, Monas, Taman Ria Senayan. Atau bahkan cuma makan duren di Parung, terus pulang. Tapi seneng loh. Nah, yg seru juga adalah mampir beli es krim di warung Jamal. Setiap bepergian, mobil pasti harus lewat warung Jamal. Ibu pasti ngajak bapak mampir. Cuma untuk beli es krim. Namanya es krim Diamond. Satu orang dapat satu cup. Bapak ga suka es krim. Jadi jatah bapak akan diberikan kepada anaknya yg juara satu menghabiskan es krim. Biasanya aku tuh yg dapet. Sainganku adikku yg namanya Luthfi. Soalnya kita berdua makannya cepat. Sampai sekarang, aku suka banget es krim. Kalo di Melben cuacanya lagi panas, aku baru berani makan es krim. Aku sdh nemu toko yg jual es krim murah di City. Namanya Aldi. Empat liter cuma empat dollar.  Belinya berdua sama mba Ary. Satu kotak itu, habisinnya lamaaaa, soalnya musimnya lagi dingin. Kalo di Jakarta, beli dua liter aja, dua hari bisa abis. Kayaknya yg ngabisin aku deh...hihi...

 

A Happy Place in My Childhood (what's yours?)

Pada pertemuan pertama di kelas Critical Social Work, dosenku mengajukan sebuah pertanyaan ice-breaking. Kami diminta menceritakan 'a happy place in your childhood' kepada teman yg jadi pasangan bicara. Sebelumnya Heather,dosenku itu memasangkan semua orang yg dianggap blm saling mengenal untuk jadi teman ngobrol.

Teman ngobrolku bernama Mary Anne. Orangnya sangat ramah, dengan senyum lebar, mata yg ekspresif dan suara bass yg khas. Ketika kanak2 dia memiliki sebuah ruang sempit di belakang garasi rumahnya sebagai tempat bermain bersama seorang saudara perempuannya. Ruangan itu beratap sangat rendah hingga dia hanya bisa duduk untuk bisa berada di dalamnya. Permainan yg dilakukan hanya semacam acara minum teh. Tapi dia merasa sangat hepi karena tempat itu tersembunyi. Tidak ada orang lain yg mengusik keasyikannya bermain. Dia merasa nyaman dan privacy nya tidak terganggu.

Sekarang giliranku bicara. Hmm, sebenarnya rumah adalah my happy place. Tapi aku juga punya tempat lain yg membuatku selalu gembira ke sana. Kolam renang. Setiap minggu, orangtuaku pasti mengajak kami semua ke kolam renang. Lokasinya berbeda-beda.  Senayan,Cibubur, atau Jayakarta. Herannya, aku ga bisa berenang sampai detik ini..hahaha.."Kenapa tempat itu menyenangkan?" Tanya Mary Anne. Well, mungkin karena bisa bermain air sepuasnya, dan tempatnya outdoor. Juga karena semua penghuni rumah ikut pergi. Kata Mary Anne, it's a predictable fun. Rutinitas yg menyenangkan buatku. So, what was a happy place in your childhood? 

 

Friday, March 13, 2009

Lake Coburg




Percobaan pertama foto pake tripod di outdoor....diulang2 terus..hahha..tp seru..

Saturday, March 7, 2009

SEEKOR KAKI SERIBU DI LANTAI TOILET

Pernahkah memperhatikan gerak gerik binatang yang membuatmu memahami sesuatu yang berkaitan dengan hidupmu? Aku sering mengamati kucing, yg ternyata punya sifat2 mirip manusia. Ada yg anggun dan lembut, galak, setia. Ada juga yang terlihat sangar dan culas. Tapi baru satu kali aku memperhatikan tingkah laku binatang yg memberiku pelajaran lain.

Aku sedang terpekur di toilet duduk  ketika seekor kaki seribu berjalan di lantai dengan gerakan perlahannya. Aku terpaksa memperhatikan karena tidak pernah menemukan hewan kecil di rumah kos-ku ini. Satu2nya hewan kecil yg pernah kulihat berkeliaran hanyalah semut. Itu pun hanya di musim panas dan hanya di meja dapur.Jadi, kehadiran seekor kaki seribu di ruang sempit dan di saat aku harus duduk diam, menyita pandanganku.Aku harus memata-matai gerak geriknya.

Kaki seribu melangkah menuju pintu hendak keluar ruangan. Syukurlah, jadi aku tak perlu was2 dia akan "mengganggu"ku. Saat si kaser sampai di pertengahan jalan, dia terhempas. Awalnya aku tak tahu penyebabnya. Ternyata itu terjadi karena angin berhembus dari kipas di langit2 toilet, setiap kali aku menekan tombol flush. Berkali-kali kaser terpental sehingga aku berinisiatif membantunya lebih cepat tiba ke rongga kecil di bawah pintu. Aku menggeser kaser perlahan dengan gerakan sandalku. Ya, berhasil. Namun dia kembali terhempas ke dalam toilet. Kali ini oleh hembusan angin dari pintu belakang rumah yang kebetulan satu arah dengan pintu toilet.

Aku jadi bertambah iba pada nasib si kaser. Kok, hanya mau menuju pintu saja sulitnya setengah mati. Langkah satu demi satu yg ditempuhnya terlibas hanya dengan sekali tiupan angin. Namun, kaser tidak berhenti. Dia terus maju menentang angin. Seperti apapun dia terpelanting, kepalanya selalu mengarah kembali ke pintu. Setiap kali terpental, dia selalu kembali ke posisi semula dan maju tanpa gentar.

Kejadian kecil ini mengingatkanku untuk terus berjuang walau kesulitan menghadang. Manusia punya otak, kaki seribu? Dia harus berjuang sendiri, mati-matian hanya untuk menjangkau celah pintu yang jaraknya hanya 30 sentimeter. Manusia bisa mencari orang lain untuk membantunya saat menghadapi masa sulit. Hidup tidak sesulit yang kita kira,kan?

JANGAN PERNAH MENYERAH (pelajaran no 1)

Sejauh yg sanggup kukenang, sejak Taman Kanak-kanak hingga lulus SMA, hidupku damai.Terlalu damai menurutku, hingga mungkin terkesan datar buat orang lain. Namun semuanya berubah ketika masa perkuliahanku di Bandung mengisi ruang dewasaku.

Ada beberapa momen yg membuatku menyadari bahwa hidup adalah sebuah anugrah yg harus diperjuangkan. Hidup bukan lagi sekedar hidup. Hidup bukan lagi sekedar menapaki langkah, "dari SD ini aku akan sekolah di SMP itu. Setamat SMP aku harus sekolah di SMA itu, Aku akan ambil jurusan Jurnalistik.." 

Hidup tidak lagi sesempit itu. Hidup punya lorong2 lain yang harus kuisi. Dan inilah sebagian kisah yang kuperoleh dalam memahami anugrahNya. Sebuah pelajaran pertama: Jangan pernah menyerah.

"Dua tahun lalu, aku memperoleh kesempatan beasiswa dari kantor untuk menempuh S2 di Australia. Proses persiapan berjalan sangat cepat, diburu2 waktu dan target, sementara pekerjaan di kantor tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Pada sebuah titik, aku merasa tak sanggup lagi berlari. Aku ingin menyerah. Sebuah cara mudah untuk menghindari kesulitan2 baru di depan sana.

Sore itu, aku berdiri di tepi jalan raya, menunggu metro mini yang akan mengantarku dari tempat kursus Inggris ke rumah damaiku. Letupan2 listrik negatif menari2 di otak lelahku. Aku mengeja hal2 yang akan terjadi setelah hari ini, kerepotan yang akan mengungkung hari2ku, kekecewaan dan semua bayangan2 serba buruk rupa muncul tanpa ragu.  Sebuah ide konyol yg waktu itu aku anggap akan melegakan, tiba2 terlintas. Aku akan mundur dari "kerepotan" ini dan memilih berkonsentrasi penuh pada pekerjaan kantor. Besok aku berencana menghadap bos nya bos untuk menyampaikan niatku. Tapi sebelum itu, aku akan meminta pertimbangan ortu dulu.

Semua seolah terselesaikan dalam sekian menit di tepi jalan, ketika tiba2 saja sesuatu melintas nyata di depan mataku dan merubah segala rencana.

Seorang bapak berjalan menarik sebuah papan luncur. Di atas papan itu, terbaring telungkup seorang anak lelaki usia SD. Ini kukenali dari seragam batik dan celana pendek merahnya. Anak itu tak berlengan dan tak berkaki. Sebenarnya sering kali aku melihat pemandangan ini. Bapak yg sama dan anak yg sama di sore hari sepulang kantor, melintas di Jl.Gatot Subroto. Biasanya aku menyaksikan pemandangan itu dari atas bis jemputan kantor.

Kali ini apa yg kusaksikan tidak lagi sama karena sesuatu. Anak lelaki itu menghadapi sebuah buku tulis, membacanya.... Tahukah dengan apa dia-yang tak bertangan, membalik lembar2 bukunya?   Ya, dengan dagunya....

Seseorang yg tidak sempurna secara fisik, tapi tetap semangat belajar. Kenyataan ini menamparku, sangat keras, tepat di otakku. Ya Allah...betapa tidak bersyukurnya aku...yg masih memiliki tangan dan kaki...ingin menyerah pada sebuah kesempatan belajar gratis.

Aku takkan menyerah semudah ini....sangat memalukan....Allah telah menjadikan anak itu hadir untuk mengingatkanku. Hidup adalah sebuah perjuangan...dan perjuangan tidak pernah mudah..namun perjuangan juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Perjuangan perlu sebuah semangat...untuk tidak menyerah.

Sebuah kartu ucapan yang pernah kubaca di sebuah toko buku, menulis begini:

Kita bisa kehilangan uang

Kita bisa kehilangan teman

Tapi satu hal

Jangan pernah kehilangan semangat