Monday, April 20, 2009

Mengejar Tram no.1 (East Coburg-South Melbourne Beach)

Setelah 6 bulan selalu naik kereta dan bus dari city ke tempat kos, akhirnya harus ganti suasana perjalanan. Mulai pertengahan Februari 2008, karena pindah kos, transport utamaku adalah tram, no.1 dgn rute East Coburg-South Melbourne Beach.

Tram no.1 modelnya agak kuno, dibanding tram2 lain misalnya,jurusan Melbourne University yg lebih canggih. Kalo lagi nunggu tram dari city menuju kos, aku bisa menandai tram yg datang. Kalo tramnya bagus, berarti bukan jurusan Coburg .

Ada beberapa halte di city yg memiliki papan elektronik penunjuk waktu kedatangan tram yg real-time. Jadi, ga repot celingak-celinguk. Tinggal duduk di bangku halte setelah memastikan waktu kedatangan. Di layar akan tertulis, no tram, jurusan dan menit kedatangan. Kalo terpampang angka 10, berarti tram akan tiba di halte tersebut 10 menit lagi. Setiap menit, waktu tersebut akan berubah hingga muncul tulisan "now". Berarti tramnya uda di depan halte persis. Hati2 juga, kalo keasyikan ngobrol sama teman, malah ga nyadar tramnya uda di depan mata...hahah...

Beberapa halte lain punya jadwal tetap tram yg terpasang di tiang halte yg menunjukkan jam berapa tram tiba di halte tersebut.Tram biasanya datang tepat waktu, kecuali ada masalah seperti ada tram yg mogok sehingga menganggu jalur tram lain. Masalah seperti ini, seingatku jaraaaang sekali terjadi.

Jarak dari kampusku yg terletak di tengah kota dengan tempat kos antara 20 sampai 30 menit. Jadi, kalo kuliah mulai pukul 5.30 sore, satu jam sebelumnya, aku akan keluar dr rumah. Sebenarnya jadwal tram bisa dihafalkan, jadi kita ga nunggu tram kelamaan di halte atau malah ketinggalan tram. Bisa dihitung dgn jari tangan, berapa kali aku dan mba Ary lari2 karena dengar suara tram yg mendekat di ujung jalan. Karena tertutup oleh bangunan rumah, kita berdua ga bisa langsung melihat ke jalur tram kalo belum tiba di ujung perempatan jalan.

Halte tram selalu terletak di perempatan jalan, karena jalur2 kota Melbourne bentuknya teratur banget, gridline gitu. Waktu masih tinggal di kos lama di Oakleigh East, arah kedatangan bus bisa terlihat karena tidak ada penghalang pandangan. Sebuah lapangan sekolah yg luas membuatku bisa melihat kedatangan bis dari jauh sehingga bisa menyesuaikan kecepatan dengan berlari. Biasanya kalo kita ga terlalu jauh, supir bis mau menunggu. Apalagi supir tram. Mereka umumnya mau menunggu penumpang yg terlihat berlari2 setengah mati. Kalo sudah seperti itu, kita akan mengucap "thank you" ke supirnya begitu berhasil mendarat dengan selamat di dalam tram.

Pernah aku lihat, perempuan muda, sepertinya mau kuliah, lari2 ke arah halte. Tram sudah melewati dia dan akan berhenti beberapa detik lagi di halte, tepat di perempatan jalan. Seorang teman lelakinya yg ada dalam tram, memberi semangat kepada perempuan itu agar tak berhenti berlari. "C'mon....C'mon.." Kebayang ga di tengah udara dingin, berlari sekencangnya agar tidak ketinggalan tram. Jatuh iba deh pokoknya, tapi semua yg melihat ga bisa bantu apa2. Perempuan itu berlari hingga syal panjangnya yg berwarna putih terjatuh di tepi jalan. Dia sdh ga sempat lagi mengambil syalnya. Setiap detik menjadi begitu berharga. Berhenti ambil syal atau ketinggalan tram...Cuma itu pilihannya. Aku sangat berharap, ada beberapa penumpang lain di halte sehingga bisa menahan keberangkatan tram. Kepalaku memutar ke belakang, mengharap perjuangan gadis itu tidak sia2. Hap! Akhirnya, dia berhasil menjangkau pintu tram dengan terengah2. Aku ikutan lega. Rasanya aku ikut berlari juga. Ampun deh. Sementara syalnya tergeletak begitu saja di kejauhan. Terpaksa diabaikan..

2 comments:

  1. @aris...iya,beberapa kali kita msh di dalam gang,tramnya lewat depan mata dgn sukses..hehe..jadi kita nunggu utk naik tram berikutnya.

    ReplyDelete