Thursday, January 3, 2008

Pengalaman di Perjalanan "Tahun Baru"

Biasanya, setiap malam Tahun Baru, acaraku adalah : di rumah, nonton siaran TV n ngobrol bareng adek2. Setiap tahun selalu begitu dan ga pernah bosan. Tapi kali ini terpaksa harus berbeda karena aku bukan sedang di Jakarta. Rencana sudah tersusun untuk menjalani pengalaman yang berbeda di Melbourne.

31 Des 2007,tanpa TV di kamar kos, kuputuskan pergi lihat pesta kembang api di City. Udara sore masih panas menyengat. Setelah berjalan kaki sekitar 15 menit, aku tiba di muka rumah kos Mba Ary di Beleura. Beberapa menit aku harus menunggu di luar karena ternyata....pintu kos yang dikunci tidak bisa dibuka. Untungnya ada jalan keluar rahasia,melewati ilalang tinggi di belakang rumah menuju ke halaman depan. Sehingga 4 orang penghuni rumah tidak terperangkap di dalam.

Kami berlima, aku,mba Ary,Gina dan ortunya berangkat ke city sekalian merayakan ultah Gina tepat hari ini. Setelah acara makan2 usai, kami berempat,minus Gina yg bergabung dengan teman2nya, menunggu detik2 kemunculan atraksi kembang api di Federation Square,depan Flinders Station. Sebenarnya ada beberapa tempat lain, namun dari tempat ini bisa langsung pulang naik train di Flinders Station, persis di seberang jalan.

Sebenarnya ini acara kembang api yang biasa. Tapi yang menarik perhatianku adalah: tersedianya informasi lengkap soal transportasi dan lokasi acara kembang api di internet. Khusus tgl 31 Des mulai pukul 6 sore, ongkos transportasi gratis. Dalam situs disebutkan bahwa ini adalah "family fireworks" jadi orang datang berbondong2 membawa keluarga masing2. Dari mulai oma-opa sampai bayi2 mungil ada diantara kerumunan manusia.Untuk acara ini,ditekankan tidak ada 'alkohol' sehingga aman buat hiburan keluarga.

Selesai menyaksikan kembang api pukul 12.10,kerumunan besar mulai bergerak ke berbagai arah,menuju kediaman masing2. Gelombang kerumunan terbesar menuju stasiun Flinders St. Menurutku antrian berlangsung cukup tertib. Beberapa polisi nampak berjaga-jaga. Sempat terjadi keributan kecil antar anak muda,tapi segera bisa dikendalikan.

Ada kejadian unik ketika rombongan kecil kami (karena cuma 4 org), menanti kedatangan kereta di peron. Seseorang menjatuhkan jam tangannya ke atas rel, kira2 1 meter di bawah permukaan lantai peron. Entah bagaimana itu terjadi. Yang jelas, petugas stasiun tidak memperkenankan pemilik jam turun untuk mengambil benda tersebut. Rombongan pemuda2 berisik itu berusaha membujuk petugas mati2an. Toh,kereta masih akan tiba 40 menit lagi. Tapi petugas stasiun juga berusaha keras menjelaskan larangan untuk turun ke rel kereta. Mereka menyarankan pemilik jam dan teman2nya untuk menemui seseorang. Seseorang yang lebih berhak mengambil keputusan.Aku rasa petugas dengan pangkat lebih tinggi yang berada di sebuah ruangan di atas sana. Setelah berdebat selama beberapa menit, dengan rasa heran,pemuda tersebut terpaksa pergi menemui orang yang dimaksud. Aku rasa, para petugas stasiun sama herannya dengan para pemuda tadi. Ada peraturan untuk keselamatan kok mau dilanggar, begitu mungkin mereka pikir.

Aku bisa melihat jam tangan berwarna coklat yang tergeletak tak berdaya di bawah sana. Aku bayangkan,seandainya ini di Indonesia, pemilik jam akan dengan leluasa mengambilnya tanpa harus adu urat leher dengan petugas stasiun.

Mba Ary bilang, di Jepang pernah ada kejadian yang mirip. Petugas stasiun rupanya dilengkapi alat serupa tongkat dengan ujung magnit sehingga benda yang terjatuh bisa langsung diambil. (Buat yang tahu soal ini,sharing dong di sini..)

Perjalanan pulang berlangsung aman,nyaman...

Semoga tahun ini segalanya jadi lebih baik, buat semua orang di dunia....

 

 

 

3 comments:

  1. Kontras banget yah sama di indonesia. Disini mah bikin tempat tinggal di rel kereta api yah monggo-monggo aja .
    Kapan yah kita bisa kaya gitu...

    ReplyDelete
  2. Banyak harapan untuk negeri tercinta. Entah kapan bisa terwujud...

    ReplyDelete