Thursday, August 5, 2010

ROMANTIKA S 604 (part 1)

Ini kisah tentang perjalananku bersama Metromini S 640 (d/h 604)


Metromini warna merah rute Pasar Minggu-Tanah Abang adalah kendaraanku setiap pagi dan petang menuju kantor dan pulang kembali ke rumah. Bis yang tidak terawat.  Perhatikan jendelanya. Ada jendela yang tak bisa dibuka karena dibuat terkunci, atau sebaliknya jendela yang tak berkaca karena telah hancur dan tak berniat diberi kaca pengganti.

Lihat juga besi yang berkarat di seluruh interior dalam bis. Berhati-hatilah dengan setiap bagian bis yang akan Anda sentuh. Pegangan besi di atas kepala ketika penumpang berdiri, bisa lepas sewaktu-waktu. Belum lagi besi di pintu bis yang memiliki permukaan kasar, sanggup membuat tangan Anda terluka penuh darah.

Coba tengok setir di depan supir. Adakah kabel-kabel warna-warni yang berseliweran? Pernah kuperhatikan sang supir harus menyambungkan ujung kabel setiap kali mobil berhenti karena menaikturunkan penumpang. Dan itu dilakukannya sepanjang jalan dengan wajah tak berdosa sambil sesekali menggaruk-garuk kepala plontosnya.

Jangan tanyakan soal kebersihan atau kenyamanan tempat duduknya. Kakiku harus menyesuaikan diri dengan ruang yang begitu sempit diantara tempat duduk.

Ya ampuuun, dengan kondisi seburuk itu, aku tetap setia 'menumpang' dengan menggumamkan berbaris doa yang terus kuulang-ulang hingga turun dari bis.

"Kenekatanku" duduk di dalam metromini baru kusadari setelah sempat dua tahun menikmati nyamannya angkutan umum di Melbourne sana. Sungguh sangat jauh berbeda.

Dan bis inilah yang menemani hari-hariku sejak April 2004 berkantor di Merdeka Barat. Kisah selanjutnya tentang pengalaman menarikku selama bertahun-tahun menaiki 604 akan kutuliskan secara bersambung. Selamat membaca.....

Pasar Minggu, 5 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment