Friday, September 12, 2008

Novelis, Mimpi yg Belum Tergapai

Sejak kls 3 SD, menjadi seorang novelis adalah cita2 pertama yg ada di benak kecilku. Maka, sore itu, ketika Ibu membelai rambutku dan menanyakan," apa cita2mu?" dgn yakin kujawab,"jadi novelis,"

Reaksi Ibu yg kuingat adalah terkejut dan khawatir. Kata Ibu kepada Bapak,"anak2 lain ingin jadi insinyur,dokter, kok dia malah pengen jd novelis?"

Reaksi Bapak,"usianya baru 9 thn. Dia belum mengerti apa yg dia ucapkan," Aku tahu Bapak bermaksud menenangkan Ibu. Seiring waktu cita2ku pasti berubah.

Reaksiku saat itu, diam dan bergumam dlm hati, aku tahu apa yg kuucapkan,novelis...penulis...seperti Ike Supomo, yg suka aku baca cerita2nya di Majalah Kartini langganan Ibu.

Aku tak pernah melupakan mimpi masa kecilku itu,..menjadi novelis...sebuah profesi hebat menurutku. Tahu sebabnya? Karena novelis bisa menciptakan sebuah kisah seperti nyata. Aku pernah bertanya pada Ibu, "Bu, ini cerita nyata,ya?" Kutunjuk sebuah halaman di majalah Kartini. Kata Ibu, "Iya, kalo ada tulisan 'true story' berarti itu kisah yg sungguh2 terjadi,"

Tapi, pada kisah tanpa tulisan 'true story' pun, aku merasa kisah2 tersebut seperti ada, hidup.Hebat betul penulisnya...pikirku...aku ingin seperti mereka.

Cita2ku hanya seputar menulis dan kata. Kelas 6 SD, aku sudah memutuskan akan memilih jurusan jurnalistik bila kuliah. Pengen belajar nulis cerpen dan jadi wartawan di Majalah Tempo. Ini gara2 kecanduan baca Tempo, walaupun ga mengerti apa yang aku baca.Heheh...favoritku waktu itu rubrik kriminal..walah..

Waktu SMP, aku ingin jadi penulis, ahli bahasa, penerjemah (terispirasi penerjemahnya mantan Presiden Suharto, ada yg msh ingat?).

Herannya selama SD sampai SMA hanya punya satu tulisan (di luar pelajaran bahasa) dan tidak begitu suka pelajaran mengarang. Karya tunggalku adalah sebuah cerpen sederhana yg kubuat waktu kelas 6 SD. Isinya ttg seorang anak lelaki yang awalnya membenci ibu tirinya,kemudian sadar bhw ibu tirinya begitu tulus menyayangi dia dan adik perempuannya.

Cerpen itu ditulis dgn pensil. Satu2nya pembaca adalah adikku, Alia. Dia bilang, ceritanya sedih...dia tanya ini ceritanya siapa? Dia pikir itu cerita nyata..hehhe...Sayang,entah kusimpan di mana karya pertamaku itu.

Akhirnya aku kuliah di jurnalistik,UNPAD...membuat Bapak mulai yakin anak pertamanya ini benar2 berminat jadi penulis. Kukira, di jurusan itu ada mata kuliah menulis cerpen (polos sekali..)...tapi banyak sekali mata kuliah yg berhubungan dgn menulis. Penulisan Berita, Artikel, Depth Reporting, dan Feature.

Herannya, sekali lagi, sepanjang kuliah (selain tugas kuliah) aku hanya menghasilkan sedikit cerpen. Itu pun dibuat di awal dan akhir masa kuliah. Hanya ada dua cerpen dan dua puisi yg berhasil menembus media.

Setelah lulus kuliah, aku berusaha menciptakan cerpen2 dan puisi. Aku kirim ke media. Tapi, belum ada yg dimuat. Namun aku tak pernah patah semangat.

Sayangnya, setelah bekerja, aktivitas menulis berhenti..total...walau pun ide2 bertebaran di kepala. Pulang kerja..rasanya capek sekali...semua ide hanya terwujud dalam potongan kalimat2 pendek. Dan tak pernah bertambah kalimat. 

Setahun lalu, saat tiba di Melbourne, aku bertekad. Harus menghasilkan novel. Apa daya, tugas2 kuliah menuntut perhatian lebih, hampir seluruh hidupku tersita utk memahami pelajaran (hiperbolis..).

Menulis cerpen, bagian yg hilang dalam rongga hidupku..Oh..

Bertemu Multiply memaksa semangat menulisku tumbuh kembali. Ayo...kembali menyusuri mimpimu..

(Setelah menulis ini, rasanya lega sekali...)

 

 

 

 

9 comments:

  1. ayo mba semangat...
    bikin novel atau cerpen tentang anak kembar..
    yang satu gila, yang satu lagi alim hahahhaa

    ReplyDelete
  2. iya doonk..gw tunggu hasilnya ttaa...

    ReplyDelete
  3. To: Uji...yg gila enaknya yg mana,dek???
    To:Nizam...Bantuin doa ya,pak...hehehhe....

    ReplyDelete
  4. hayo lit... mosok sih kaga bisa... bisa deh... *sok ngerti ye gw...*

    ReplyDelete
  5. Menjadi novelis atau cerpenis seperti menjadi seorang creator. bebas menciptakan kejadian, siapa yg menang dan kalah, bagaimana membuat orang bahagia dan mematikan serta menghidupkan seoran tokoh. tapi itulah,...kesibukan sering menguburkan hasrat terpendam untuk nulis...oh novelis...

    ReplyDelete
  6. To:berapeung....yaa..begitulah..sok sibuk..jd seperti ga ada waktu..hehe...

    ReplyDelete
  7. To:vintagegallery...kok cuma "hehehe",pak? Jualannya gmn? uda berapa banyak nih barang yg laku?

    ReplyDelete