#Tantanganmenulis100hari
Ibu. Setiap Sabtu menelponku.
“Ibu masak makanan kesukaan kamu lho..sop iga kacang merah. Jam berapa kamu mau
ke rumah?”
Aku. Memasukkan cucian ke mesin
pengering, “Liat nanti ya, Bu. Aku jemur baju dulu ya. Nanti aku ke Pasming”
Pasming itu singkatan dari Pasar Minggu, sebuah kecamatan di Jakarta Selatan,
tempat tinggal orangtuaku dan delapan anaknya hingga satu persatu kami meninggalkan
rumah setelah menikah.
Ibu terkadang menelponku saat hari
kerja, pagi hari atau tengah hari saat jam istirahat. “Kamu lagi sarapan ya,
Mba? Sarapan lontong sayur ya?” Tebakan yang tepat. Aku langsung mengiyakan. ”Hati-hati
lho kolestrol. Kamu ga bole makan yang bersantan. Harus dikurangi”. Aku lalu
menawar, “Kalo sarapan nasi uduk boleh ya?” Ibu tertawa,”Itu ada santannya juga”.
Awalnya, Ibu menelponku jam
berapapun Ibu mau. Kemudian Ibu menyimpulkan sendiri,”Kalo telpon Mba Ita harus
pas jam istirahat kantor, soalnya dia ga bisa diganggu kalo lagi kerja,”.
Ibu yang gesit perlahan melemah.
Ibu tidak lagi punya kekuatan untuk
beraktivitas keluar rumah. Di Bulan Desember tahun lalu, Ibu dua kali opname
di rumah sakit. Dokter bilang ada infeksi tapi sumbernya belum diketahui.
Hari ini Hari Sabtu. Ibu tidak lagi menelponku.
Ibu sudah di rumah abadinya. Tepatnya sejak hari Jum’at tanggal 4 Januari 2019.
Jauh hari saat kesehatan Ibu nampak semakin menurun, entah mengapa aku merasa
harus menyiapkan diri. Aku bersiap diri takkan lagi mendengar suara Ibu menelponku
di Sabtu pagi. Saat Ibu harus lebih sering berbaring, aku bersiap diri tak lagi
menikmati masakan Ibu yang enak-enak itu.
Walau tak lagi melihat sosok Ibu
dan mendengar suaranya, aku merasa Ibu selalu ada. Ibu tak pernah pergi.
BambuApus, 15 Juni 2019
Note : Beberapa tahun lalu, aku
pernah tulis puisi buat Ibu. Judulnya “Ibu, Yang Selalu Ada”. Puisi itu sempat
kubacakan di depan Ibu. Sayangnya, puisi itu entah di mana kusimpan. Semoga
catatannya bisa ketemu supaya bisa kuposting. Seperti isi puisi itu, Ibu
sungguh selalu ada, bahkan saat aku sekarang hanya bisa melihat pusaranya.
No comments:
Post a Comment